Senin, 10 Januari 2011

MATERI KELAS 7 SEMESTER GENAP PERKEMBANGAN ISLAM DI INDONESIA

TEORI MASUKNYA AGAMA ISLAM KE INDONESIA
1. Islam masuk dari Gujarat
Dibuktikan dengan adanya makam raja Islam di Samudera Pasai, yaitu Raja Malik AL Saleh, yang terbuat dari marmer. Ketika marmer tersebut retak terlihat bagian dalamnya ada relief yang menunjukkan seperti tembok kuil Hindu di Gujarat.
2. Islam masuk dari Persia
Di Persia ada suku yang bernama Leran, dan Di Indonesia juga ada kampung yang bernama Leran. Suku itulah yang dianggap datang ke Indonesia dan mengunakan nama suku mereka. Selain itu di Persia ada upacara peringatan wafatnya Husein dengan mengarak peti yang disebut Tabut. Sehingga bulan Muharram sering disebut juga bulan Tabut. Di Minangkabau dan Aceh ada juga yang menyebut bulan Muharram sebagai bulan Tabut. Hal ini dianggap sebagai pengaruh dari Persia.
3. Islam masuk dari Arab
Raja Samudera Pasai menggunakan gelar Al Malik seperti yang digunakan oleh raja di Mesir. Raja Samudera Pasai bermazhab syafii, dan mazhab Syafii sendiri yang terbesar waktu itu ada di mesir dan Mekkah.
4. Islam masuk pada abad ke 11
Ditemukannya nisan Fatimah Binti Maemun di Leran, Gresik yang berangka tahun 1082.
5. Islam masuk pada abad ke 13
Catatan perjalanan Marcopolo yang pernah singgah ke perlak Pada tahun 1292 dan berjumpa dengan orang-orang yang menganut agama Islam. Ditemukannya nisan makam raja Samudera Pasai, Sultan Malik Al Saleh yang berangka tahun 1297 M.

PENYEBARAN AGAMA ISLAM
Agama Islam disebarkan oleh Wali Sanga:
1. Maulana Malik Ibrahim / Maulana Magribi yang diperkirakan berasal dari Arab dan dianggap sebagai perintis penyebaran Agama Islam di Pulau Jawa.
2. Sunan Ampel / Raden Rahmat : murid Maulana Malik Ibrahim yang juga pendiri pondok pesantren di Ampel Denta Surabaya.
3. Sunan Bonang/ Mahdun Ibrahim : putra Sunan Ampel . Ia menciptakan beberapa lagu macapat yang didalamnya berisikan ajaran Islam, seperti tembang Durma.
4. Sunan Drajat/ Syarifuddin : putra Sunan Ampel. Ia menumpahkan kegiatan pada upaya peningkatan kesejahteraan fakir miskin, seperti zakat, infaq.
5. Sunan Giri/Raden Paku : sahabat karib sunan Bonang. Ia menitikberatkan pada bidang pendidikan.
6. Sunan Kalijaga/Jaka Said : sarana dakwah yang digunakan berupa pertunjukan wayang kulit.
7. Sunan Kudus / Ja'Far Shadiq : Ia mendapat kepercayaan dari kasultanan Demak untuk menjabat hakim tinggi dan panglima militer.
8. Sunan Muria / Raden Umar Syaid : menyampaikan dakwah melalui seni atau tembang macapat, seperti sinom dan kinanti.
9. Sunan Gunung Jati/ Syarif Hidayatullah : menyebarkan islam di Jawa Barat.

KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM

1. Samudera Pasai
Merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia. Didirikan oleh Laksamana Laut Mesih yang bernama Nazimuddin Al Kamil. Pada tahun 1285 M kerajaan Samudera Pasai dapat direbut oleh Marah Silu, sehingga dia diangkat menjadi raja dengan gelar Sultan Malik Al Saleh. Setelah meninggal, ia digantikan putranya Sultan Muhammad atau yang dikenal dengan nama Malik Al Tahir. Ia memerintah samapai tahun 1326 M, kemudian digantikan oleh Sultan Ahmad Malik Al Tahir.
2. Aceh
Didirikan oleh Sultan Ibrahim yang bergelar Sultan Ali Mughayat Syah atau disebut juga Sultan Ibrahim. Kerajaan Aceh mencapai masa keemasan pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Selanjutnya Sultan Iskandar Muda digantikan oleh menantunya yaitu Iskandar Tani.
3. Demak
Kesultanan Demak didirikan oleh seorang adipati yang bernama Raden Patah. Untuk menghadapi Portugis Armada Denak yang dipimpin Pati Unus (Putra Raden Patah) melancarkan serangan terhadap Portugis di Malaka. Oleh karena itu Pati Unus diberi Gelar Pangeran Sabrang Lor yang artinya pangeran yang pernah menyeberangi lautan di sebelah Utara kesultanan Demak. Setelah Raden Patah meninggal, ia digantikan oleh Pati Unus, selanjutnya Pati Unus diganti oleh Trenggana. Setelah sultan Trenggana meninggal, terjadi pertikaian antara Pangeran Sekar Seda ing Lepen (adik Trenggana)dengan Pangeran Prawoto (anak trenggana). Pangeran Prawoto berhasil membunuh pangeran Sekar Seda Ing Lepen. Tetapi kemudian Pangeran Prawoto dibunuh oleh Arya Penangsang (anak Pangeran Sekar Seda ing Lepen). Arya penangsang kemudian tampil menjadi sultan Demak ke 4. Pemerintahan Arya Penangsang dipenuhin dengan kekacauan karena banyak orang yang tidak suka dengannya. Hingga pada akhirnya seorang adipati Pajang bernama Adiwijaya atau Jaka Tingkir atau Mas Karebet berhasil membinasakan Arya Penangsang. Setelah kematian Arya Penangsang, kerajaan Demak berpindah ke tangan Jaka Tingkir.
4. Pajang
Pendiri Kesultanan Pajang adalah Adiwijaya. Setelah Sultan Adiwijaya meninggal, seharusnya pangeran Benawa yang menduduki tahta Pajang, akan tetapi ia disingkirkan oleh Arya Pangiri (putra pangeran Prawata). Tindakan Arya Pangiri menimbulkan upaya-upaya perlawanan, hal ini kemudian dimanfaatkan oleh Pangeran Benawa untuk merebut kembali tahta Pajang. Karena itu, ia menjalin kerjasama dengan Mataram yang dipimpin oleh Sutawijaya. Setelah Arya PAngiri dapat dikalahkan, pangeran Benawa justru menyerahkan kekuasaan pada Sutawijaya. Selanjutnya Sutawijaya memindahkan Pajang ke Mataram sehingga berakhirlah kekuasaan Pajang.
5. Mataram Islam
Mataram merupakan hadiah dari Adiwijaya kepada Ki Ageng Pamanahan karena ia telah berjasa membantu Adiwijaya menaklukkan Arya Penangsang. Ketika Ki Ageng Pamanahan meninggal, Mataram di pegang oleh putranya, Sutawijaya. Sutawijaya diangkat menjadi Adipati Mataram dan diberi gelar Senopati ing Alogo Sayidin Panatagama yang berarti panglima perang dan pembela agama. Sepeninggal Senopati, Tampuk kekuasaan dipegang oleh putranya (Mas Jolang), tetapi Mas Jolang meninggal sebelum berhasil memadamkan banyak pemberontakan. Penggantinya adalah Raden Rangsang atau lebih dikenal dengan Sultan Agung. Pada masa pemerintahan Sultan Agung, Mataram mencapai masa kejayaan. Akan tetapi Mataram mulai mengalami kemunduran ketika masa pemerintahan pengganti-pengganti Sultan agung, misal Amangkurat 1 dan Amangkurat 11. Kemunduran Mataram yang lebih utama karena aneksasi yang dilakukan Belanda. Setelah terjadinya perjanjian Gianti, kerajaan Mataram dipecah menjadi dua bagian menjadi Kerajaan Surakarta dan Kerajaan Yogyakarta. Lebih dadi itu, dengan adanya Perjanjian Salatiiga, Kerajaan Surakarta terpecah lagi menjadi dua yaitu Mangkunegaran dan Pakualaman/kasunanan.
6. Cirebon
Kasultanan Cirebon didirikan oleh Syarief Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati. Dengan bantuan Fatahillah, kesultanan Cirebon dapat meluaskan kekuasaannya meliputi Jayakarta dan Pajajaran. Kemenangan-kemenangan fatahillah membuat Sunan Gunung Jati tertarik dan menjodohkan Fatahillah dengan Ratu Wulung Ayu. Ketika Sunan Gunung Jati sudah menua, Kesultanan Cirebon diserahkan kepada putranya Pangeran Muhammad Arifin dengan gelar Pangeran Pasaran Pasarean. Sepeninggal Pangeran Pasarean, kedudukan Sultan diserahkan kepada Pangeran Sebakingking atau yang bergelar Sultan Maulana Hasanuddin. Pada abad ke 17 terjadi perselisihan dalam keluarga, sehingga kasultanan Cirebon pecah menjadi dua yaitu Kasepuhan dan Kanoman.
7. Banten
Daerah Banten di Islamkan oleh Sunan Gunung Jati. Pemerintahan dipegang oleh Sultan Maulana Hasanuddin. Setelah Sultan Hasanuddin meninggal, ia digantikan oleh putranya Maulana Yusuf. Kesultanan Banten mencapai masa keemasan pada masa Sultan Ageng Tirtayasa. Akhir pemerintahan Sultan ageng ditandai dengan persengketaan dengan putranya Sultan Haji yang bersekongkol dengan Belanda.
8. Makasar
Pada abad ke 16 di Sulawesi Selatan terdapat dua kerajaan yaitu Goa dan Tallo. Kedua kerajaan itu bersatu dengan nama Goa-Tallo atau Makasar dengan ibu kota di Sombaopu, dan dikenal sebagai kerajaan Islam pertama di sulawesi. Raja-rajanya adalah Raja Goa Daeng Manribia dengan gelar Sultan Alauddin. Mangkubuminya adalah Raja Talolo Karaeng Matoaya bergelar Sultan Abdullah. Sultan Hasanuddin, yang pada masa pemerintahannya adalah puncak kejayaan Makasar.
9. Ternate dan Tidore
Kerajaan Ternate berdiri kira-kira abad ke 13. Ternate mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Baabullah. Sedangkan raja yang terkenal dari Tidore adalah Sultan Nuku.

MATERI KELAS 8 SEMESTER GENAP PERSIAPAN KEMERDEKAAN

PERSIAPAN KEMERDEKAAN INDONESIA
A. Terbentuknya Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
BPUPKI atau Dokuritsu Junbi Cosakai dibentuk pada tanggal 1 Maret 1945. Tujuannya adalah untuk mempelajari dan menyelidiki hal-hal penting yang berhubungan dengan berbagai hal yang menyangkut pembentukan negara Indonesia merdeka.
Susunan pengurus badan penyelidik ini antara lain:
1. Badan perundingan, terdiri dari seorang ketua, seorang ketua muda, 60 anggota, dan 6 orang anggota orang Jepang tanpa hak suara. Kepengurusan ini diumumkan tanggal 29 April 1945. Badan ini diketuai oleh K.R.T Radjiman Wedyodingingrat dan ketua muda Icibangase.
2. Kantor tata usaha, dengan R.P Suroso sebagai kepala sekretariat merangkap ketua muda, dibantu oleh Toyahito Masuda dan AG Pringgodigdo.

Pada tanggal 29 Mei -1 Juni diadakan sidang pertama BPUPKI. Sidang pertama ini membahas mengenai dasar negara. Terdapat tiga pembicara yang mengemukakan dasar negara dalam sidang tersebut yaitu Mr.Muh Yamin, Mr.Supomo, dan Ir.Sukarno. Dalam pidatonya Muh.Yamin mengemukakan lima asas dasar kebangsaan Republik Indonesia sebagai berikut:
1) Perikebangsaan
2) Perikemanusiaan
3) Periketuhanan
4) Perikerakyatan
5) Kesejahteraan rakyat

Pada tanggal 31 Mei Mr.Supomo juga mengajukan dasar-dasar untuk Indonesia merdeka. Dasar-dasar yang diajukannya itu antara lain:
1) Persatuan
2) Kekeluargaan
3) Keseimbangan lahir dan batin
4) Musyawarah
5) Keadilan rakyat

Pada tanggal 1 Juni diadakan rapat terakhir dengan mendengarkan pidato Ir. Sukarno. Pidato tersebut kemudian dikenal sebagai hari lahirnya Pancasila. Dasar negara Indonesia Merdeka yang diusulkan Ir.Sukarno adalah sebagai berikut:
1) Kebangsaan Indonesia atau nasionalisme
2) Perikemanusiaan atau internasionalisme
3) Mufakat atau demokrasi
4) Kesejahteraan sosial
5) Ketuhanan yang maha Esa

Setelah mengakhiri persidangan pertaman, BPUPIKI melakukan reses selama satu bulan, tetapi sebelum reses telah dibentuk sebuah panitia kecil yang disebut panitia delapan yang bertugas menampung saran-saran dan konsepsi-konsepsi dari para anggota.
Anggota panitia kecil adalah:
Ketua : Ir.Sukarno
Anggota : Drs. Moh. Hatta, Sutardjo Kartohadikusumo, K.H. Wahid Hasyim, Ki Bagus Hadikusumo, Otto Iskandardinata, Mr. Muhammad Yamin, dan A.A Maramis.

Tanggal 22 Juni 1945 panitia kecil mengadakan pertemuan dengan 38 anggota badan penyelidik. Pertemuan ini menghasilkan terbentuknya panitia sembilan yang terdiri dari : Ir. Sukarno, Moh. Hatta, Moh. Yamin, Ahmad Subardjo, A.A Maramis, Abdulkahar Muzakir, K.H Wahid Hasyim, H.Agus Salim dan Abikusno Cokrosuyoso.
Panitia sembilan menghasilkan rumusan Jakarta Charter atau piagam Jakarta. Piagam Jakarta berisi rumusan dasar negara Indonesia merdeka sebagai berikut:
1) Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.
2) (menurut) Dasar kemanusiaan yang adil dan beradab
3) Persatuan Indonesia
4) (dan) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
5) (Serta dengan mewujudkan suatu ) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Pada persidangan kedua BPUPKI tanggal 10-16 Juli 1945, dilakukan perumusan terakhir draft dasar negara, pembahasan rancangan UUD termasuk juga pembukaan atau preambule. Untuk tugas ini dibentuk panitia perancang UUD yang diketuai oleh Ir.Sukarno dengan anggota 18 orang. Pada tanggal 11 Juli 1945 Panitia perancang UUD menyetujui isi preambule yang diambil dari piagam Jakarta. Panitia ini kemudian membentuk Panitia Kecil Perancang UUD yang diketuai oleh Mr.Supomo. Dalam sidang tanggal 14 Juli 1945, Ir.Sukarno melaporkan hasil kerja panitia yang diketuainya. Hasil kerja ini terdiri dari tiga hal, yaitu:
1) Pernyataan Indonesia Merdeka
2) Pembukaan UUD
3) Batang tubuh UUD

B. PERSIAPAN PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA
1. Penggantian BPUPKI menjadi PPKI
Setelah dianggap telah selesai menjalankan tugasnya BPUPKI dibubarkan dan sebagai gantinya dibentuk PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau Dokuritsu Junbi Inkai pada tanggal 7 Agustus 1945. Ketuanya adalah Ir.Sukarno, dengan Moh. Hatta sebagai wakil ketua dan Ahmad Subardjo sebagai penasehat. Anggotanya terdiri atas 18 orang, 12 wakil dari jawa, 3 wakil dari Sumatra, 2 wakil dari peranakan Cina dan tanpa sepengetahuan Jepang anggota PPKI ditambah.

2. Peristiwa pemanggilan dua tokoh Indonesia ke Dalat
Jepang yang kedudukannya kian terdesak oleh Sekutu akhirnya memanggil beberapa tokoh pergerakan nasional Indonesia. Tokoh-tokoh yang dipanggil itu adalah Ir.Sukarno dan Moh.Hatta, keduanya bertolak ke Dalat (Vietnam) dari tanggal 9 -14 Agustus 1945. Jenderal Terauchi selaku panglima besar tentara Jepang di Asia Tenggara kemudian memberitahukan keputusan pemerintah Jepang yang antara lain:
a. Jepang menjanjikan kemeerdekaan Indonesia
b. Pembentukan PPKI
c. Penentuan wilayah Indonesia yang meliputi bekas jajahan Hindia Belanda.

3. Peristiwa Rengasdengklok
Peristiwa ini terjadi pada tanggal 16 Agustus 1945 dan disebabkan adanya perbedaan pendapat antara golongan tua dan golongan muda mengenai proklamasi kemerdekaan. Kelompok tua antara lain adalah Ir. Sukarno, Mrs. Moh. Hatta dan Ahmad Subardjo. Sedangkan golongan muda antara lain :
a. Kelompok Sukarni, tokoh-tokohnya meliputi Sukarni, Adam Malik, Armoenanto, Pandoe Kartawigoena, dan Maroenta Nitimihardjo.
b. Kelompok Syahrir, tokoh utamanya adalah Syahrir
c. Kelompok pelajar, tokoh-tokohnya adalah Chaerul Saleh, Johan Noer, Sayoko, Syarif Thayeb, Darwis, dan Eri Soedewo
d. Kelompok Kaigun, tokoh-tokohnya adalah Soedirjo, Wikana dan E.Khairudin.
Setelah mendengar berita kekalahan Jepang atas Sekutu, kelompok muda menghendaki agar Indonesia segera diproklamasikan. Para pemuda tidak menghendaki jika kemerdekaan itu diperoleh sebagai hadiah dari Jepang, mereka menghendaki kemerdekaan diperoleh dari perjuangan bangsa Indonesia sendiri. Namun demikian golongan tua berpendapat bahwa pelaksanaan proklamasi tetap dilaksanakan di dalam PPKI untuk tidak memancing konflik dengan pihak Jepang. Akibat penolakan itu, kedua tokoh golongan tua itu diamankan dan disembunyikan ke Rengasdengklok, daerah Karawang- Bekasi. Tujuan pengamanan itu agar kedua tokoh tersebut tidak diperalat atau dipengaruhi oleh Jepang maupun sekutu. Alasan dipilih Rengasdengklok karena:
a. Daerah ini dilatarbelakangi laut Jawa, dengan demikian jika ada serangan dapat segera pergi melalui laut.
b. Sebelah Timur dibentengi oleh Wilayah Purwakarta dengan satu Daidan PETA
c. Sebelah Selatan ada PETA Cedung Gedeh
d. Sebelah Barat ada tentara PETA di Bekasi
Setelah melalui perbincangan yang cukup panjang, akhirnya Sukarno menganggukkan kepala dan menyatakan kesediaannya untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, tetapi dilakukan di Jakarta. Setelah kesepakatan dicapai, Sukarno dan Muh. Hatta akhirnya di jemput oleh Ahmad Soebardjo dan Soediro, dan pada sorenya mereka dikembalikan ke Jakarta.

4. PERUMUSAN TEKS PROKLAMASI

a. Tempat perumusan : di rumah Laksamana Tadhasi Maeda, jalan Imam Bonjol No. 1 Jakarta.
b. Saksi : BM Diah, Sudiro, Sukarni, Sayuti Melik
c. perumus : Ir. Sukarno sebagai penulis , dan Drs. Moh.Hatta serta Ahmad Subardjo sebagai penyumbang pikiran secara lisan.
d. Hal - hal lain:
- Sukarno menyarankan agar para saksi turut menandatangani naskah proklamasi, selaku wakil-wakil bangsa Indonesia.
- Sukarni, sebagai wakil dari golongan muda menolaknya dan mengusulkan agar naskah tersebut hanya ditandatangani oleh Sukarno dan Hatta atas nama bangsa Indonesia.
- Sukarno meminta Sayuti Melik untuk mengetik naskah proklamasi yang telah disetujui
- Pembacaan proklamasi dilaksanakan di kediaman Sukarno, Jalan Pegangsaan Timur no. 56 Jakarta, pukul 10.00 WIB.

TOKOH-TOKOH YANG BERPERAN DALAM PERISTIWA PROKLAMASI

1. Sukarno - Hatta : Proklamator kemerdekaan Indonesia
2. Syahrudin : Telegrafis yang menyiarkan proklamasi Indonesia ke seluruh dunia.
3. Frans S Mendur : Wartawan yang mengabadikan peristiwa-peristiwa penting dalam perjuangan kemerdekaan RI.
4. Soewirjo : Walikota Jakarta yang menyelenggarakan upacara Proklamasi
5. S.Suhud, Latif H, dan Tri Murti : pengibar bendera merah putih
6. Ibu Fatmawati : pembuat bendera Merah putih yang dikibarkan pada tanggal 17 Agustus 1945.
7. Sayuti Melik : Pengetik naskah proklamasi
8. Sukarni, BM Diah dan Sudiro : saksi perumusan naskah proklamasi
9. Ahmad Subardjo : Penyumbang pikiran dalam perumusan naskah proklamasi dan tokoh golongan tua yang berhasil menjemput Sukarno-Hatta kembali ke Jakarta
10. Laksamana Maeda : Angkatan laut Jepang yang bersimpati terhadap perjuangan bangsa Indonesia dan menyediakan tempat perumusan naskah proklamasi
11. Cudanco Subeno : Komandan kompi tentara PETA di Rengasdengklok
12. Sukarni, Yusuf Kunto dan Singgih :membawa Sukarno-Hatta ke Rengasdengklok
13. Darwis dan Wikana : utusan yang menyampaikan keputusan rapat pemuda kepada Sukarno-Hatta

PERISTIWA -PERISTIWA SEKITAR PROKLAMASI(KELAS 8/GENAP)

PERHATIKAN ISI PIDATO Ir.SOEKARNO.(cari disamping dinding Blog tentang pidato tersebut)

BAGAIMANA PERASAAN KALIAN SETELAH SELESAI MENDENGARKAN??TENTUNYA PENUH SEMANGAT MENYAMBUTNYA.KARENA KEMERDEKAAN INDONESIA MERUPAKAN PERISTIWA YANG SANGAT DINANTIKAN.RAKYAT INDONESIA SORAK GEMBIRA..DENGAN MENYANYIKAN LAGU KEBANGSAAN INDONESIA DAN LAGU HARI MERDEKA BERSAMA SAMA.MEREKA BERSAMA SAMA MEMEKIKAN SEKALI MERDEKA TETAP MERDEKA!!!!



Bangsa Indonesia setelah mendengar kekalahan Jepang kepada Sekutu menjadikan kesempatan emas.Sutan Syahrir mempeloporinya untuk menemui Ir.Soekarno.namun ditolak persiapan kemedekaan harus melalui sidang PPKI.Para Pemuda tidak kecil hati bahkan seperti Wiokana,sukarni dan chaerul Saleh tetap menggalang persatuan untuk bagaimana golongan tua segera melaksanakan.Chaerul Saleh memimpin rapat para penuda di Laboratorium Bakteriologi yang memutuskan bahwa kemerdekaan harus segera dipersiapkan tanpa bantuan bangsa lain.Setelah itu mereka memutuskan bahwa golongan tua harus segera diamankan dari pengaruh jepang yaitu dengan dibawa ke Rengasdengklok.
Pada dini hari tanggal 16-8-1945 rombongan pemuda dan golongan tua menuju Rengasdengklok.Rengasdengklok dipilih karena dianggap aman dan bekas tempat markas PETA.
Bagaimana setelah di rengasdengklok?belum juga membawa hasil masih ada perbedaan pendapat,berkat Mr.Ahmad Soebardjo memberi keyakinan rombongan setelah sampai di Jakarta segera akan mempersiapkan Proklamasi.Sesampai di Jakarta Soekarno menemui ter;ebih dahulu Jendrakl Nishimura.namun dia menjawab nasib Bangsa Indonesia sudah ditangan Sekutu.Soekarno secara diam berpamitan dan membenarkan pendsapat Pemuda yaitu segera dipersiapkan Proklamasii.Rombongan menuju Jl.Imam Bonjol no 1.tepatnya rumah kediaman Laksmana Muda Maeda.Disanalah diadakan perumusan teks Proklamasi.

Coba jelaskan pertanyaan dibawah ini:

1.Siapa yang menyumbangkan ide kalimat pada teks Proklamasi?jelaskan kalimat tersebut.
2.Jelaskan perbedaan teks Konsep dan teks Otentik!(4)
3.Jelaskan pelaksanaan proklamasi!

PERJUANGAN MENGEMBALIKAN BARAT/KELAS 9/SEMESTER GENAP

PERTEMUAN 1,2


PERJUANGAN BANGSA INDONESIA MEREBUT IRIAN BARAT
Setelah proses pengakuan kedaulatan Indonesia masih mempunyai satu permasalahan dengan Belanda yaitu masalah Irian Barat. Gambar di atas pasukan Brimob yang diterjunkan di Fak-Fak, Irian Barat pada tanggal 15 Mei 1962 untuk merebut Irian Barat dari tangan Belanda. Langkah apa yang dilakukan pemerintah? Seringkali di masyarakat terjadi kasus persengketaan antarsaudara atau dengan tetangga disebabkan rebutan batas tanah. Persengkataan ini seringkali meretakkan hubungan bersaudara maupun bertetangga. Sebab dalam masalah hak tanah seringkali orang mempertahankan mati-matian, bahkan orang Jawa mengatakan ”Sedumuk Bathuk Senyari Bumi”. Maksudnya, dalam mempertahankan hak tanah mereka memperjuangkan walaupun sampai titik darah penghabisan. Begitu juga bangsa Indonesia dalam upaya mempertahankan wilayah Irian Barat (sekarang Papua) ketika hendak diduduki Belanda setelah diakuinya kedaulatan RI pada tanggal 27 Desember 1949. Bangsa Indonesia harus berjuang dengan berbagai macam cara untuk merebut kembali Irian Barat. Bagaimana perjuangan bangsa untuk memperoleh haknya kembali atas Irian Barat akan kita pelajari dalam bab ini. Dengan mempelajari bab ini kita dapat meneladani para pejuang kita yang berjiwa ksatria dalam mempertahankan haknya sebagai bangsa yang utuh dari Sabang sampai Merauke.
A Latar Belakang Terjadinya Perjuangan Mengembalikan Irian Barat

Masih ingatkah kalian tentang Konferensi Meja Bundar (KMB) yang diselenggarakan di Den Haag Belanda pada tanggal 23 Agustus sampai 2 September 1949? Salah satu keputusan dalam konferensi tersebut antara lain bahwa masalah Irian Barat akan dibicarakan antara Indonesia dengan Belanda satu tahun setelah Pengakuan Kedaulatan. Dari keputusan ini terjadi perbedaan penafsiran antara Indonesia dengan Belanda. Pihak Indonesia menafsirkan bahwa Belanda akan menyerahkan Irian Barat kepada Indonesia. Tetapi pihak Belanda menafsirkan hanya akan merundingkan saja masalah Irian Barat. Dalam perjalanan waktu, Belanda tidak mau membicarakan masalah Irian Barat dengan Indonesia. Untuk menghadapi sikap Belanda tersebut maka Indonesia melakukan berbagai upaya sebagai berikut.
B Perjuangan Diplomasi: Pendekatan Diplomasi
Dalam menghadapi masalah Irian Barat tersebut Indonesia mula-mula melakukan upaya damai, yakni melalui diplomasi bilateral dalam lingkungan ikatan Uni Indonesia-Belanda. Akan tetapi usaha-usaha melalui meja perundingan secara bilateral ini selalu mengalami kegagalan. Setelah upaya-upaya tersebut tidak mambawa hasil maka sejak tahun 1953 perjuangan pembebasan Irian Barat mulai dilakukan di forum- forum internasional, terutama PBB dan forum-forum solidaritas Asia-Afrika seperti Konferensi Asia-Afrika.

Sejak tahun 1954 masalah Irian Barat ini selalu dibawa dalam acara Sidang Majelis Umum PBB, namun upaya ini pun tidak memperoleh tanggapan yang positif. Setelah upaya-upaya diplomasi tidak mencapai hasil maka pemerintah mengambil sikap yang lebih keras yakni membatalkan Uni Indonesia-Belanda dan diikuti pembatalan secara sepihak persetujuan KMB oleh Indonesia pada tahun 1956. Partai-partai politik dan semua golongan mendukung terhadap upaya pembebasan Irian Barat ini. Selain itu perjuangan merebut Irian Barat diresmikan pemerintah maka ditetapkanlah Soa-Siu di Tidore sebagai ibu kota provinsi Irian Barat dan Zainal Abidin Syah ditetapkan menjadi Gubernur pada tanggal 23 September 1956.
C Perjuangan dengan Konfrontasi Politik dan Ekonomi
Berbagai upaya yang dilakukan Indonesia tersebut sampai tahun 1957 ternyata belum membawa hasil sehingga Belanda tetap menduduki Irian Barat. Karena jalan damai yang ditempuh belum membawa hasil maka sejak itu perjuangan ditingkatkan dengan melakukan aksi-aksi pembebasan Irian Barat di seluruh tanah air Indonesia yang dimulai dengan pengambilalihan perusahaan milik Belanda. Perusahaan-perusahaan milik Belanda yang diambilalih oleh bangsa Indonesia pada bulan Desember 1957 tersebut antara lain Nederlandsche Handel Maatschappij N.V. (sekarang menjadi Bank Dagang Negara), bank Escompto di Jakarta serta Perusahaan Philips dan KLM.

Pada tanggal 17 Agustus 1960 Republik Indonesia secara resmi memutuskan hubungan diplomatik dengan Pemerintah Kerajaan Belanda. Melihat hubungan yang tegang antara Indonesia dengan Belanda ini maka dalam Sidang Umum PBB tahun 1961 kembali masalah ini diperdebatkan. Pada waktu terjadi ketegangan Indonesia dengan Belanda, Sekretaris Jenderal PBB U Thant menganjurkan kepada salah seorang diplomat Amerika Serikat Ellsworth Bunker untuk mengajukan usul penyelesaian masalah Irian Barat. Pada bulan Maret 1962 Ellsworth Bunker mengusulkan agar pihak Belanda menyerahkan kedaulatan Irian Barat kepada Republik Indonesia yang dilakukan melalui PBB dalam waktu dua tahun. Akhirnya Indonesia menyetujui usul Bunker tersebut dengan catatan agar waktu dua tahun itu diperpendek. Sebaliknya Pemerintah Kerajaan Belanda tidak mau melepaskan Irian bahkan membentuk negara “Boneka” Papua. Dengan sikap Belanda tersebut maka tindakan bangsa Indonesia dari politik konfrontasi ekonomi ditingkatkan menjadi konfrontasi segala bidang.
D Tri Komando Rakyat (Trikora)
Tindakan Belanda dengan mendirikan negara “Boneka” Papua itu merupakan sikap yang menantang kepada bangsa Indonesia untuk bertindak cepat. Oleh karena itu pemerintah segera mengambil tindakan guna membebaskan Irian Barat. Pada tanggal 19 Desember 1961, Presiden Soekarno dalam suatu rapat raksasa di Yogyakarta mengeluarkan komando yang terkenal sebagai Tri Komando Rakyat (Trikora) yang isinya sebagai berikut.

1) Gagalkan pembentukan “Negara Papua” bikinan Belanda kolonial.
2) Kibarkan Sang Merah Putih di Irian Barat tanah air Indonesia.
3) Bersiaplah untuk mobilisasi umum guna mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan tanah air dan bangsa.
Dengan dikeluarkannya Trikora maka mulailah konfrontasi total terhadap Belanda dan pada bulan Januari 1962 pemerintah membentuk Komando Mandala Pembebasan Irian Barat yang berkedudukan di Makasar. Adapun tugas pokok dari Komando Mandala Pembebasan Irian Barat ini adalah pengembangan operasi-operasi militer dengan tujuan pengembangan wilayah Irian Barat ke dalam kekuasaan negara Republik Indonesia. Sebagai Panglima Komando Mandala adalah Mayor Jenderal Soeharto.

Sebelum Komando Mandala melakukan operasi sudah dilakukan penyusupan ke Irian Barat. Pada tanggal 15 Januari 1962 ketika waktu menunjukkan pukul 21.15 di angkasa terlihat dua buah pesawat terbang pada ketinggian 3000 kaki melintasi formasi patroli ALRI. Diperkirakan pesawat tersebut adalah milik Belanda jenis Neptune dan Firefly. Waktu itu terlihat juga dua buah kapal perusak yang sedang melepaskan tembakan ke arah kapal Motor Torpedo Boat (MTB) yang di situ turut pula para pejabat tinggi dari Markas Besar Angkatan Laut yaitu Komodor Yos Sudarso. Dalam insiden di Laut Aru tersebut Kepala Staf Angkatan Laut, Laksamana Pertama (Komodor) Yos Sudarso, bersama Komandan KRI Macan Tutul, Kapten (Laut) Wiratno, dan beberapa prajurit TNI-AL gugur sebagai pahlawan. Sebelum gugur Komodor Yos Sudarso sempat mengucapkan pesan terakhir “ Kobarkan Semangat Pertempuran.” Adapun operasi-operasi yang direncanakan Komando Mandala di Irian Barat dibagi dalam tiga fase, yakni sebagai berikut.
(1) Fase Infiltrasi (sampai akhir 1962)
Memasukkan 10 kompi ke sekitar sasaran- sasaran tertentu untuk menciptakan daerah bebas de facto. Kesatuan-kesatuan ini harus dapat mengembangkan penguasaan wilayah dengan membawa serta rakyat Irian Barat dalam perjuangan fisik untuk membebaskan wilayah tersebut.
(2) Fase Eksploitasi (mulai awal 1963)
Mengadakan serangan terbuka terhadap induk militer lawan, menduduki semua pos pertahanan musuh yang penting.
(3) Fase Konsolidasi (awal 1964)
Menegakkan kekuasaan Republik Indonesia secara mutlak di seluruh Irian Barat.

Selanjutnya antara bulan Maret sampai Agustus 1962 Komando Mandala melakukan operasi-operasi pendaratan baik melalui laut maupun udara. Beberapa operasi tersebut adalah Operasi Banteng di Fak-Fak dan Kaimana. Operasi Srigala di sekitar Sorong dan Teminabuan, Operasi Naga di Merauke, serta Operasi Jatayu di Sorong, Kaimana, dan Merauke. Selain itu juga direncanakan serangan terbuka merebut Irian Barat dengan Operasi Jayawijaya.
E Persetujuan New York
Pada awalnya Belanda tidak yakin pasukan Indonesia dapat masuk ke wilayah Irian. Akan tetapi operasi-operasi yang dilakukan Pasukan Komando Mandala ternyata berhasil terbukti dengan jatuhnya Teminabuan ke tangan pasukan Indonesia. Sementara itu Pemerintah Kerajaan Belanda sedikit banyak mendapat tekanan dari pihak Amerika Serikat untuk berunding karena untuk mencegah terseretnya Uni Soviet dan Ameriksa Serikat ke dalam konfrontasi. Dengan adanya rencana Bunker di atas maka sikap Indonesia adalah menerimanya. Hal ini ternyata menambah simpati dunia terhadap RI, sebaliknya Belanda bersikukuh mempertahankan Irian Barat. Oleh karena itu pada tanggal 14 Agustus 1962 RI melakukan operasi besar-besaran yang terkenal sebagai operasi Jayawijaya. Tanggal penyerbuan ini ditetapkan sebagai ”Hari H” atau “Hari Penyerbuan.”

Pada tanggal 15 Agustus 1962 ditandatangani suatu perjanjian antara Indonesia dengan Pemerintah Belanda di New York, bertempat di Markas Besar PBB. Perjanjian ini terkenal dengan Perjanjian New York. Adapun isi Perjanjian New York adalah sebagai berikut.
1. Pemerintah Belanda akan menyerahkan Irian Barat kepada Penguasa Pelaksana Sementara PBB (UNTEA = United Nations Temporary Executive Authority) pada tanggal 1 Oktober 1962.
2. Pada tanggal 1 Oktober 1962 bendera PBB akan berkibar di Irian Barat berdampingan dengan bendera Belanda, yang selanjutnya akan diturunkan pada tanggal 31 Desember untuk digantikan oleh bendera Indonesia mendampingi bendera PBB.
3. Pemerintah UNTEA berakhir pada tanggal 1 Mei 1963, pemerintahan selanjutnya diserahkan kepada pihak Indonesia.
4. Pemulangan orang-orang sipil dan militer Belanda harus sudah selesai pada tanggal 1 Mei 1963.
5. Pada tahun 1969 rakyat Irian Barat diberi kesempatan untuk menyatakan pendapatnya tetap dalam wilayah RI atau memisahkan diri dari RI melalui Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera).

Selanjutnya untuk menjamin keamanan di Irian Barat maka dibentuk suatu pasukan keamanan PBB yang dinamakan United Nations Security Forces (UNSF) di bawah pimpinan Brigadir Jenderal Said Uddin Khan dari Pakistan. Pekerjaan UNTEA di bawah pimpinan Jalal Abdoh dari Iran juga berjalan lancar sehingga tepat pada tanggal 1 Mei 1963 roda pemerintahan RI sudah berjalan. Sebagai Gubernur Irian Barat pertama maka diangkatlah E. J. Bonay, seorang putera asli Irian Barat. Di samping nama-nama Soeharto, Sudarso dan lain-lain yang berjasa dalam pembebasan Irian Barat juga tercatat dalam sejarah nama-nama seperti Kolonel Sudomo, Kolonel Udara Leo Watimena, dan Mayor L. B. Moerdani. Pantas pula untuk dikenang adalah, sukarelawati yang gigih berjuang dalam pembebasan Irian Barat yakni Herlina. Ia memenangkan hadiah Pending Emas karena ikut sertanya dalam pembebasan Irian Barat secara heroik. Pengalamannya dibukukan dalam karya tulis yang berjudul Pending Emas.

Dengan ditandatangani Perjanjian New York maka pada tanggal 1 Mei 1963 Irian Barat diserahkan kepada Indonesia. Hubungan diplomatik dengan Belanda pun segera dibuka kembali. Dengan kembalinya Irian Barat kepada Indonesia maka Komando Mandala dibubarkan dan sebagai operasi terakhir adalah Operasi Wisnumurti yang bertugas menjaga keamanan dalam penyerahan kekuasaan pemerintahan di Irian Barat dai UNTEA kepada Indonesia.
F Arti Penting Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) di Irian Barat
Sebagai bagian dari Persetujuan New York bahwa Indonesia berkewajiban untuk mengadakan “Penentuan Pendapat Rakyat” (Ascertainment of the wishes of the people) di Irian Barat sebelum akhir tahun 1969 dengan ketentuan bahwa kedua belah pihak, Indonesia dan Belanda, akan menghormati keputusan hasil Penentuan Pendapat Rakyat Irian Barat tersebut. Pada tahun 1969 diselenggarakanlah Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) di Irian Barat dan hasilnya adalah bahwa rakyat Irian Barat tetap menghendaki sebagai bagian dari wilayah Republik Indonesia. Selanjutnya hasil dari Pepera tersebut dibawa ke New York oleh utusan Sekjen PBB Ortizs Sanz untuk dilaporkan dalam Sidang Umum PBB ke- 24 pada bulan November 1969. Penyelesaian sengketa masalah Irian Barat antara Indonesia dengan Belanda melalui Persetujan New York dan dilanjutkan dengan Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) merupakan cara yang adil. Dalam persoalan Pepera (Penentuan Pendapat Rakyat = plebisit) menurut Persetujuan New York, pihak Belanda juga menunjukkan sikapnya yang baik. Kedua belah pihak menghormati hasil dari pendapat rakyat Irian Barat dalam menentukan pilihannya.

Hasil dari Pepera yang memutuskan secara bulat bahwa Irian Barat tetap merupakan bagian dari Republik Indonesia. Hasil Pepera ini membuka jalan bagi persahabatan RI-Belanda. Lebih-lebih setelah tahun 1965, hubungan RI-Belanda sangat akrab dan banyak sekali bantuan dari Belanda kepada Indonesia baik melalui IGGI (Inter Governmental Group for Indonesia) atau di luarnya. Akhirnya Sidang Umum PBB tanggal 19 November 1969 menyetujui hasil- hasil Pepera tersebut sehingga Irian Barat tetap merupakan bagian dari wilayah Republik Indonesia.

Jumat, 07 Januari 2011

materi sejrah kelas 7 semester genap

1.Perkembangan Islam di Indonesia
2.Perkaembangan kolonial Eropa di Indonesia